Jakarta - Pada Kamis 10 April 2014, Menteri
BUMN Dahlan Iskan marah besar saat rapat
dengan direksi Pertamina dan PLN, ketika
membahas kesepakatan harga pembelian listrik
panas bumi (geothermal). Direktur Utama PLN
Nur Pamudji mengaku terus rapat untuk
membahas harga tersebut.
Nur mengaku, pekan ini diusahakan akan ada
kesepakatan antara PLN dengan Pertamina soal
pembelian listrik panas bumi oleh PLN dari
pembangkit listrik milik Pertamina.
"Dalam progres minggu ini akan ada. Nanti ada
beritanya lagi. Kami terus rapat, kemarin sampai
jam 12 malam. Kami ingin batas waktu
ditentukan sudah ada," kata Nur usai
menandatangani kerjasama pemberantasan
korupsi dengan Transparansi Internasional
Indonesia (TII) di Blok S, Jakarta, Selasa
(2/4/2014).
Dia juga mengatakan, Kamis lusa atau paling
lambat Jumat sudah ada penandatanganan
kesepakatan harga listrik panas bumi tersebut,
antara direksi PLN dengan direksi Pertamina.
"Jangan dibocorkan dulu, yang penting ada
progres dan perbaikan," jelas Nur.
Sebelumnya, Dahlan memberi tugas kepada
Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan
Manufaktur BUMN Dwijanti Tjahjaningsih
menyusun waktu pertemuan dalam 1 minggu.
Pertemuan tersebut untuk menyepakati perjanjian
jual beli pembangkit listrik tenaga panas bumi.
"Kita putuskan. Kementerian BUMN nggak peduli.
Yang penting jadwal. Kapan PLN dan Pertamina
tandatangani PPA di 9 geothermal. Dalam
seminggu, jadwal penandatangan PPA di lokasi A, Bila dalam 1 minggu ke
depan tidak ada
kepastian tanda tangan jual-beli ini, Dahlan akan
menjatuhkan sanksi kepada direksi kedua BUMN
energi tersebut.
"Silakan kalau nggak diatur. Kalau seminggu
nggak ada, maka akan ada sanksinya,"
terangnya.
Dahlan mengaku heran atas sikap direksi PLN
dan Pertamina. Karena Indonesia memiliki potensi
besar di dalam energi panas bumi. Selain potensi,
pasar listrik Indonesia juga sangat jelas.
"Negara ini memiliki potensi terbesar geothermal
terbesar dunia. Geothermal di bawah Pertamina.
Pertamina, nggak bisa jual selain ke PLN. Kalau
nggak sepakat. Ini memalukan. Akal sehat nggak
masuk akal karena kemampuan ada, barang ada,
penjual ada, pembeli ada. Yang perlu itu orang
se-Indonesia," paparnya.
B, C. Caranya terserah," jelasnya.
Posting Komentar