Wanita sering menjadi kambing hitam
saat pasangan tidak kunjung dikaruniai
momongan setelah beberapa tahun menikah.
Pihak pria berkeyakinan kesuburan mereka baik-
baik saja. Ketika ternyata hasil pemeriksaan
dokter menyebutkan si pria tidak subur karena
produksi spermanya kurang, inilah reaksi yang
umumnya diberikan oleh mereka.
Associate Professor Roger Cook, seorang psikolog
dari Swinburne University mengkelompokkan
reaksi pria ini dalam dua tipe. Pengkategorian ini
dibuatnya berdasarkan pengalamannya
menghadapi klien-kliennya yang berkonsultasi
masalah kesuburan.
Pria tipe pertama, dikatakan oleh Cook, adalah
mereka yang terkejut dan tidak percaya dengan
hasil pemeriksaan dokter. Pria di kelompok ini
sama sekali tidak yakin kalau produksi sperma
mereka hanya sedikit atau bahkan tidak ada.
Ketidakpercayaan pada perkataan dokter itu
kemudian akan membuat mereka meminta
pemeriksaan ulang.
Pria tipe kedua, adalah mereka yang berusaha
menerima kabar buruk tersebut. "Mereka yang
berada di kelompok ini seperti memilih melewati
saja tahap shock atau kecewa dan langsung
masuk pada tahap berusaha mengatasi
masalahnya," ujar Cook seperti dikutip ABC
Australia.
Cook melihat hanya sedikit pria yang menyadari
dirinya punya masalah kesuburan sebelum
memeriksakan diri ke dokter. Dia memperkirakan
hanya satu dari 10 pria yang sudah mencurigai
kalau ada yang salah dari kesuburannya sehingga
belum juga dikaruniai anak.
"Sebagian besar pria perlu mendapatkan bantuan
untuk membuat mereka paham bahwa kejadian
ini sering terjadi. Pria berpikir masalah produksi
sperma yang sedikit ini tidak biasa karena tidak
ada yang pernah mengatakan soal itu pada
mereka," ucap Cook yang memang dikenal
sebagai konselor masalah kesuburan.
Masalah kesuburan ini bagi pria sangat sensitif.
Berbeda dengan wanita yang lebih terbuka, pria
akan lebih berhati-hati untuk membicarakan
masalah ketidaksuburannya itu kepada pihak lain.
"Pria ingin dilihat sebagai sosok yang kompeten
bahwa mereka pria sejati. Mereka tidak mau
membicarakan soal kekurangan seks karena akan
membuat mereka terlihat rapuh," kata Cook lagi.
Sikap malu pria ini alhasil membuat masalah
ketidaksuburan tersebut tidak banyak dibicarakan
dibandingkan wanita. Riset yang dilakukan
Fertility Society of Australia (FSA) terhadap 2.400
orang pada 2006 juga membuktikan hal tersebut.
Dari penelitian itu diketahui hanya 2% responden
yang mengira masalah ketidaksuburan pria ini
sebagai penyebab pasangan mencari bantuan
medisi saat tidak juga punya anak.
Sementara itu kenyataan di lapangan, pria juga
punya kontribusi besar saat momongan tak
kunjung datang. Berdasarkan riset yang dilakukan
klinik bayi tabung Monash, Australia, ada satu
dari 20 pria yang punya masalah sub-fertile
(kesuburannya kurang dari normal namun masih
bisa tetap membuahi). Dan 1/3 prosedur bayi
tabung yang dilakukan penyebabnya karena
ketidaksuburan pria.
Posting Komentar